Depan, belakang, samping kanan dan kiri rumah kita adalah tetangga kita tapi keluargaku disini punya tetangga terdekat, dia adalah rumah di samping kanan rumahku. Itu rumah keluarga Bapak Bunyati.
Dengan keluarga itu kami biasa berbagi makanan, dan mungkin saling mengetahui bagian belakang (bagian yang kurang terlihat orang lain). Mungkin karena memang rumah kami berdampingan. Bukan cuma itu saja, Emakku juga kalau mau pergi ke acara apapun dari dulu biasa janjian sama Ibu Bunyati. Aku juga dulu waktu kecil sering banget mainnya ke rumah itu. Yah...itu tetangga terdekatlah dibandingkan yang di depan, belakang dan kiri rumah.
Selasa, 24 Januari 2012 kemarin secara mengejutkan kami mendengar Pengumuman di masjid kalau Bapak Bunyati meninggal dunia. Beliau memang sudah sakit lama, seringkali kami mendengar batuk beliau yang sangat payah. Kami yang mendengar saja rasanya sakit sekali tiap kali mendengar suara batuknya, apalagi beliau sendiri yang mengalaminya.
Beliau berangkat haji tahun kemarin juga sempat sakit di ketika Mekah menjalankan ibadah haji. Jika kemudian beliau bisa pulang kembali ke tanah air, mungkin itu sebuah keajaiban. Alhamdulillah..
Tapi kali ini begitu mengejutkan, karena keluargaku tidak mendengar keributan apapun di rumahnya. seperti biasa saja tapi tiba-tiba mendengar pengumuman dari masjid. Keponakanku yang lagi masak di dapur katanya sebelumnya mendengar suara batuknya saja. Keluarganya tidak heboh teriak & menangis seperti orang-orang pada umumnya. Mungkin mereka sudah siap dengan keadaan itu...
Yang aku ingat, hari minggu kemarin waktu aku sama keponakanku Danda main ke kebun Bapak Bun untuk mencari bekicot buat obatnya Taka, adiknya Danda. Pak Bun saat itu sedang duduk-duduk di teras belakang rumahnya. Lalu beliau menyapa, itu anaknya siapa? "Oh anaknya Wawan udah besar ya?" Itu kenangan terakhir yang aku ingat.
Dan selasa sekitar jam empat sore beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tenang, tidak ada yang menyaksikannya. Sore itu juga langsung disucikan meskipun tidak bisa dimakamkan hari itu juga, karena jenazahnya saja baru mulai dimandikan pas waktu maghrib. Jadi jenazahnya menginap satu malam di rumah, sambil menunggu kedatangan anak-anaknya dari luar kota. Beliau dimakamkan hari rabunya sekitar jam delapan pagi.
Selamat jalan Pak Bun (aku biasa memanggil beliau "Bapa Is" maksudnya bapaknya Mbak Lis).
Selamat jalan... Rasa sakitmu telah diangkat oleh Allah untuk selamanya.. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahanmu, menerima segala amal baikmu, semoga engkau dilapangkan kuburnya dan tenang di pembaringanmu yang terakhir.. Amiin ya Robbal Alamin...
Dengan keluarga itu kami biasa berbagi makanan, dan mungkin saling mengetahui bagian belakang (bagian yang kurang terlihat orang lain). Mungkin karena memang rumah kami berdampingan. Bukan cuma itu saja, Emakku juga kalau mau pergi ke acara apapun dari dulu biasa janjian sama Ibu Bunyati. Aku juga dulu waktu kecil sering banget mainnya ke rumah itu. Yah...itu tetangga terdekatlah dibandingkan yang di depan, belakang dan kiri rumah.
Selasa, 24 Januari 2012 kemarin secara mengejutkan kami mendengar Pengumuman di masjid kalau Bapak Bunyati meninggal dunia. Beliau memang sudah sakit lama, seringkali kami mendengar batuk beliau yang sangat payah. Kami yang mendengar saja rasanya sakit sekali tiap kali mendengar suara batuknya, apalagi beliau sendiri yang mengalaminya.
Beliau berangkat haji tahun kemarin juga sempat sakit di ketika Mekah menjalankan ibadah haji. Jika kemudian beliau bisa pulang kembali ke tanah air, mungkin itu sebuah keajaiban. Alhamdulillah..
Tapi kali ini begitu mengejutkan, karena keluargaku tidak mendengar keributan apapun di rumahnya. seperti biasa saja tapi tiba-tiba mendengar pengumuman dari masjid. Keponakanku yang lagi masak di dapur katanya sebelumnya mendengar suara batuknya saja. Keluarganya tidak heboh teriak & menangis seperti orang-orang pada umumnya. Mungkin mereka sudah siap dengan keadaan itu...
Yang aku ingat, hari minggu kemarin waktu aku sama keponakanku Danda main ke kebun Bapak Bun untuk mencari bekicot buat obatnya Taka, adiknya Danda. Pak Bun saat itu sedang duduk-duduk di teras belakang rumahnya. Lalu beliau menyapa, itu anaknya siapa? "Oh anaknya Wawan udah besar ya?" Itu kenangan terakhir yang aku ingat.
Dan selasa sekitar jam empat sore beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tenang, tidak ada yang menyaksikannya. Sore itu juga langsung disucikan meskipun tidak bisa dimakamkan hari itu juga, karena jenazahnya saja baru mulai dimandikan pas waktu maghrib. Jadi jenazahnya menginap satu malam di rumah, sambil menunggu kedatangan anak-anaknya dari luar kota. Beliau dimakamkan hari rabunya sekitar jam delapan pagi.
Selamat jalan Pak Bun (aku biasa memanggil beliau "Bapa Is" maksudnya bapaknya Mbak Lis).
Selamat jalan... Rasa sakitmu telah diangkat oleh Allah untuk selamanya.. Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahanmu, menerima segala amal baikmu, semoga engkau dilapangkan kuburnya dan tenang di pembaringanmu yang terakhir.. Amiin ya Robbal Alamin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar